Jumaat, 23 Oktober 2009

Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut

"Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri". (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur'an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun
kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke
tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam
hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik
benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang
canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah",
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-
Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS
al-Jumu'ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau
dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : "Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan
tusukan tiga ratus pedang" (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : "Kematian yang paling ringan ibarat sebatang
pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang
pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera
yang tersobek ?" (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka'b al-Ahbar berpendapat : "Sakaratul maut ibarat sebatang pohon
berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki
menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa
semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang
tersisa".

Imam Ghozali berpendapat : "Rasa sakit yang dirasakan selama
sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh
sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-
tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian,
dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki".

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani
Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT
agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka
bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui
suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul
dari salah satu kuburan. "Wahai manusia !", kata pria tersebut. "Apa
yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami
kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum
juga hilang dariku."

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap
orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan
waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian
seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi)
Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi
negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6
bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti
dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai
macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan
atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan
mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana
Allah. Wallahu a'lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang
keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika
mencabut nyawa orang zhalim.. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran
perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam,
rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu
dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan
tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan
memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang
pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya,
padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah
menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita,
menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak
tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan
dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja
yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan
memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita
melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi
bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang
zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya. (QS Al-An'am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan
berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri
(sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu
kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu
neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat
orang-orang yang menyombongkan diri itu.. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya
wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat
akan berkata, "Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik,
engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah
perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan
burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah
tidak memberimu balasan yang baik ! " Ketika itulah orang yang
sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah
hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah
saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di
akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tak seorangpun diantara
kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan
tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau
di neraka".
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang
zhalim di neraka, "Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak,
bersiaplah engkau merasakan siksa neraka". Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat
rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan
menyebarkan wangi yang sangat harum..

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan".. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu)
surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-
sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka
kehendaki.. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh
para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum,
masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan
surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata
padanya, "Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak,
bergembiralah dalam masa-masa menunggumu".

Wallahu a'lam bish-shawab.

Kenapa Makanan Roh Tidak Berfungsi

KENAPA MAKANAN ROH TIDAK BERFUNGSI

Dalam bab yang lalu kita dapati roh (hati) jadi rosak (jahat) disebabkan
oleh pemakanannya. Sama ada berpunca dari makanan yang tidak baik atau
tersalah pilih makanan yang tidak bersih atau makanan roh itu terdedah
kepada maksiat dan mungkar. Kesannya, roh yang jahat akan mendorong
anggota-anggota lahir turut menjadi jahat.

Ada golongan yang berkata, "Saya sudah sembahyang, puasa, zikir,
selawat, baca Quran, berkorban, berjihad, berdakwah dan buat lain-lain
kebaikan tetapi hati tetap tidak terhibur atau jiwa masih tidak
tenang."

Dalam maksud yang lain, hati itu tetap juga sakit atau masih
berpenyakit. Yakni hati masih lagi bersifat pemarah, tidak sabar, hasad,
dendam, mengumpat, bakhil, tidak ada kasih sayang dan lain-lain lagi.
Kenapa jadi begitu? Bagaimana pula untuk mengatasinya?

Untuk menjawab persoalan ini saya jawab begini: Kiaskan pemakanan roh
sama dengan pemakanan jasad lahir kita. Kalau jasad lahir kita sudah
diberikan dengan makanan yang baik dan berzat, tetapi tidak juga badan
itu sihat. Ertinya, kena kaji juga bagaimana makanan itu disajikan.
Apakah kerana cara memasak itu tidak betul? Adakah kerana makanan itu
belum sempat masak, kita sudah memakannya. Adakah makanan itu terdedah
dengan pencemaran? Adakah makanan tersebut sudah tercampur racun atau
sudah basi? Adakah kita makan terlalu banyak atau mungkin makanan yang
merosakkan badan juga turut kita makan?

Katakanlah makanan yang baik dan berzat itu ialah nasi, daging, ikan,
sayur, susu dan lain-lain lagi. Kalau dimasak nasi dengan cara yang
tidak betul seperti terlalu kuat apinya hinggakan nasi menjadi hangit,
maka akan hilanglah zat karbohidratnya. Ikan yang segar dan mempunyai
protin, kalau belum sempat masak, kita sudah memakannya, tentulah tidak
sedap rasanya kerana ia masih mentah. Begitu juga dengan sayur-sayuran
hijau yang banyak mengandungi vitamin C, kalau dimakan tanpa dibasuh
dengan bersih, tentu ia akan terdedah kepada kuman penyakit atau beracun
(racun serangga). Susu yang mempunyai zat lemak, kalau disajikan setelah
susu itu basi, ia bukan lagi memberi kesihatan pada badan, bahkan akan
memudaratkannya. Apatah lagi kalau makanan yang berzat itu disertai
dengan racun atau keracunan, tentu racun itulah yang akan menguasai
seluruh badan, merosak dan menyakitkan badan.

Adapun teknik atau cara atau kaedah menyajikan makanan itu pun mesti
kita faham betul-betul. Barulah makanan yang baik dan berzat itu jadi
begitu sedap dan menyelerakan. Kalau salah cara memasaknya akan tinggal
hampas-hampas sahaja. Tidak ada zatnya lagi. Walhal makanan itu asalnya
baik, bermutu tinggi, penuh dengan zat tetapi hasilnya tetap sama sahaja
dengan orang yang makan makanan tidak baik atau tidak berzat atau orang
yang makan makanan beracun. Ertinya, tetaplah makanan itu tidak dapat
menyuburkan badan. Bahkan badan tidak sihat dan mudah diserang dengan
penyakit serta selalu saja sakit.

Begitu juga dengan roh. Makanan roh yang baik ialah sembahyang, puasa,
zikir, selawat, baca Al Quran, berkorban, berjihad, berdakwah, belajar,
berkhidmat kepada masyarakat dan lain-lain kebaikan lagi. Walaupun
makanan roh yang baik seperti di atas itu sudah dilakukan, ia tetap
tidak mendatangkan ketenangan kerana ia mungkin dilakukan dengan cara
yang tidak sempurna dan tidak tepat dengan ilmunya. Atau dilakukan
dengan cara yang tidak ikhlas atau tidak dihayati dengan jiwanya.
Tentulah ibadah-ibadah tersebut tidak akan memberi kesan kepada jiwa dan
fikiran. Jadi, kalau sudah tidak memberi kesan kepada jiwa dan fikiran,
tentulah ia juga tidak akan memberi kesan kepada tindakan anggota lahir.
Yakni anggota lahir tetap juga jahat. Contoh-contohnya:

1. Sembahyang tetapi tidak menghayatinya, lalai dan berkhayal sewaktu
menunaikannya. Sembahyang begini tidak akan memberi kesan apa-apa pada
hati dan fikiran. Bila tidak berkesan pada hati dan fikiran, tentulah ia
juga tidak akan berkesan pada anggota lahir.

2. Rajin baca Al Quran tetapi tidak melaksanakan tuntutan tuntutan dari
ayat-ayat yang dibaca itu, tentulah tidak akan memberi kesan apa-apa
kepada hati dan fikiran. Ia tentunya tidak berkesan juga pada anggota
lahir.

3. Selawat, zikir, berjuang, berjihad dan berdakwah tetapi tidak dari
hati. Hanya ucapan di lidah sahaja. Tentulah tidak berkesan apa-apa
kepada hati dan fikiran. Bila tidak berkesan pada hati dan fikiran,
tentulah ia juga tidak berkesan apa-apa pada anggota lahir.

4. Berkorban, bersedekah, lain-lain kebaikan dan kebajikan juga, kalau
tersalah cara, tidak tepat dengan ilmunya, tidak dibuat dengan sempurna,
bukan kerana Allah, tidak pada tempatnya atau tidak dihayati, maka
kesannya tidak akan sampai ke hati dan fikiran. Apabila tidak berkesan
di hati dan fikiran, tentulah tidak berkesan juga kepada anggota lahir.

Adapun semua makanan roh yang baik ini walaupun asalnya baik tetapi oleh
kerana tidak faham cara, tidak tepat dengan ilmunya, tidak dibuat dengan
sempurna, tidak dihayati di hati atau membuat perkara itu tetapi tidak
disertai dengan mujahadatun nafsi, maka hasilnya tetap sama dengan orang
yang tidak melakukannya. Yakni tidak dapat memberi kekuatan kepada roh
(jiwa atau hati).

Kalau begitu roh tetap tidak sihat, lemah jiwa, mudah diserang penyakit
hati seperti hasad dengki, sombong, riyak, pemarah, bakhil, dendam dan
lain-lain mazmumah lagi. Penyakit-penyakit mazmumah (keji) tetap juga
tidak terubat. Sebab itu hati tidak tenang, gelisah dan keluh-kesah.

Roh atau hati juga boleh jadi rosak (jahat) kalau kita campurkan antara
membuat perkara yang baik dengan membuat perkara-perkara yang jahat.
Walaupun perkara-perkara yang baik itu dibuat tetapi dalam masa yang
sama masih melanggar pantang-larang syariat seperti bergaul bebas lelaki
dan perempuan, mendedahkan aurat, makan makanan yang haram dan subahat,
suka mengumpat, memfitnah orang, gila dunia, gila pangkat dan gila puji,
maka tentulah makanan roh yang baik tadi tidak akan memberi kesan.

Kiasannya, macam memakan makanan yang berzat dicampur dengan racun. Kita
tentu dapat mengagak apa yang akan terjadi. Tentulah bukan makanan yang
berzat yang berperanan tetapi racun itulah yang kuat menjalar cepat dan
aktif dalam badan. Akhirnya, merosakkan seluruh urat saraf dan saluran
darah serta daging. Badan akan rosak dan sakit-sakit dengan parahnya.

Begitulah juga kalau makanan roh yang baik dicampur dengan makanan roh
yang tidak baik. Tentulah makanan roh yang tidak baik itu yang lebih
berperanan. Jadi kalau yang hak dan yang batil sama-sama dilakukan, maka
yang batil itulah yang akan lebih memberi kesan pada akal, hati serta
tindakan lahir.

Oleh kerana itulah Allah berpesan dalam firman-Nya:

Maksudnya: "Apakah kamu percaya dengan setengah dari kitab dan
ingkar dengan sebahagiannya. Tidak ada balasan orang yang melakukan
demikian melainkan hina hidup di dunia." (Al Baqarah: 85)

Ertinya, kalau perintah suruh Allah (yang hak) dan larangan Allah (yang
batil) dibuat serentak samalah dengan orang yang percaya dengan
sebahagian dari kitab dan ingkar dengan sebahagian lainnya. Jadi untuk
golongan ini, hukuman yang setimpal di atas kedegilan mereka ini ialah
Allah hinakan hidup mereka di dunia lagi.

Terhinanya hidup mereka ini berpunca dari sifat-sifat mazmumah yang
masih bersarang dalam diri mereka itu seperti sifat pemarah, ujub,
sum`ah, sombong, keras hati, tamak, hasad, dengki, mengumpat,
bakhil, gila dunia, gila pangkat, gila puji dan lain-lain mazmumah lagi.

Sifat-sifat jahat (penyakit-penyakit jiwa) inilah yang menjadikan jiwa
tidak tenang, gelisah, keluh-kesah dan tidak bahagia serta boleh
merosakkan orang lain dan masyarakat. Tetapi manusia kebanyakannya tidak
sedar bahawa sifat-sifat mazmumah yang wujud dalam diri mereka itulah
yang menjadi punca tidak adanya ketenangan dan kebahagiaan sekalipun dia
seorang raja, pemerintah negara, ulama, pemimpin, orang kaya dan
sebagainya. Kerana itulah Allah melarang dalam firman-Nya:

Maksudnya: "Jangan kamu campurkan yang hak dan yang batil." (Al
Baqarah: 42)

Ertinya, dalam kita berbuat baik, jangan dicampur dengan perbuatan yang
jahat atau perintah suruh dibuat, perintah larang juga dilaksanakan.

Kesimpulannya, bila membuat atau melakukan yang baik dan yang jahat
sekaligus, yang jahat itulah yang akan lebih berpengaruh dan berkesan
dalam kehidupan. Akibatnya, kebaikan itu tidak akan jadi apa-apa atau
sia-sia sahaja sebab sudah dirosakkan oleh perbuatan yang jahat itu.

RASULULLAH SAW MENANGISI KEMATIAN PUTRANYA , IBRAHIM

Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari Anas Bin Malik ra., "Kami pernah bersama Rasulullah SAW menerima Abu Syaf al-Qasn,suami ibu susuan Ibrahim,lalu menciumnya.Setelah itu,kami menemui lagi baginda,saat Ibrahim wafat.Saat itu Nabi SWA menangis. Melihat hal itu Abdulrahman Bin Auf bertanya: "Mengapa anda menangis, wahai Rasulullah?" Baginda menjawab "Wahai Ibn Auf, tangisan itu tanda kasih sayang." Selanjutnya, baginda bersabda:Mata boleh menangis dan hati boleh bersedih,tetapi kita tidak boleh mengatakan kecuali yanh diredhai Tuhan.Sesungguhnya kami bersedih kerana berpisah denganmu, wahai Ibrahim."

kelebihan solat rawatib

Daripada Ummu Habibah yakni Ramlah binti Abu Sufyan radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang hamba pun yang Muslim yang bersembahyang kerana Allah Ta'ala setiap hari dua belas rakaat sebagai solat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau: melainkan untuknya akan didirikanlah sebuah rumah dalam syurga."

(Riwayat Muslim)

antara sunnah dan bid'ah

Apabila manusia dirundung pelbagai masalah dalam kehidupan dan seolah-olah tiada insan lain yang ingin menghulurkan bantuan untuk mengharungi kedukaan tersebut, janganlah merasa gelisah kerana sesungguhnya Allah S.W.T. sentiasa berada bersama kita dan mendengar doa permohonan hamba-hamba- Nya. Rasulullah s.a.w. bersabda: Doa adalah ibadah. (Lalu baginda membaca ayat): Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu.” [Hadis riwayat Imam al-Tirmdzi]

Menerusi hadis di atas dapat kita perhatikan bahawa doa itu termasuk dalam perkara ibadah. Justeru wajib doa itu dimohonkan ikhlas hanya kepada Allah S.W.T. dan tatacara doa itu hendaklah mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Allah S.W.T. dan mencontohi sunnah Rasulullah s.a.w. Maka timbul pertanyaan bagaimanakah amalan tawassul yang diamalkan oleh segelintir manusia yang berdoa menerusi perantaraan zat atau kemuliaan Nabi s.a.w. ataupun orang-orang soleh yang telah meninggal dunia? Adakah tatacara ini bersesuaian dengan Sunnah Nabi s.a.w. seperti tanggapan sesetengah pihak?

Jumaat, 2 Oktober 2009

apalah yang direbut rebut

Daripada al-Mustaurid bin Syaddad r.a., katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu
yang seseorang di antara kamu memasukkan jarinya ke dalam air lautan, maka
cubalah lihat dengan apa ia kembali"

(Bermaksud, seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu. Jadi dunia itu
sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi
banyaknya.")

(Riwayat Muslim)